Kamis, 01 Desember 2016

Suara dari Ujung Negeri

Tanah ini,
segenggam yang ku pegang ini
Menangis dalam keramaian
Bersorak dalam kebisuan
Meratapi setiap pilu kebengisan zaman.

Isak berderai,
raungan pedih di ujung pedalaman negeri.
Tak sekalipun terbisik pada angin yang melambai.
Keramaian kota meredam. Kebisingan politik menyembunyikan. Keriuhan para penjilat mengubur dalam duka anak bangsa pedalaman.

Ke mana para pujangga demokrasi,
Ke mana sang penyelamat revolusi,
Janji manis yang terucap kala mencuri simpati,
Menghilang, layak sebutir gula dalam lautan garam, tak berjejak.

Tanah ku, kian gersang
Tanah ku kian merenggang
Tak setetes pun hujan datang
Negeri ku malang

Bukit hijau kian hijau
Yang kering kian kering
Tak ada sejejak langkah menapaki
Berharap embun datang membasahi ketika pagi.
Namun tak setetespun ada menghampiri.

Wahai para petinggi negri,
Lihatlah kami di ujung negeri ini,
Menunggu belaian tangan tegapmu,
Menanti gerak pasti langkahmu,
Kami adalah bagian dari rakyatmu,
Jangan lagi kau berikan asa palsu.